Memulai
sesuatu yang baru memang sulit, mimpi yang besarpun harus dimulai dari bawah
dan membutuhkan pemikiran-pemikiran yang extra. Dalam melangkah dan mengambil keputusan haruslah hati-hati “agar
tidak salah pilih”. Dalam peperangan yang nyatapun seorang tentara haruslah
extra hati-hati dalam menentukan sasaran agar tidak salah tembak dan juga agar
tidak menjadi sasaran tembak yang empuk bagi lawan-lawannya. Pakaian anti
peluru, tameng, helm dan pasukan yang banyak memang bisa menghindari terjangan
peluru berhamburan, namun tidak untuk ranjau tertanam yang menanti atau para
penembak jitu yang menunggu.
Nah
begitu pula dalam berbisnis, memilih strategi ‘alon-alon asal kelakon’ justru
bisa berakibat fatal manakala terkena ranjau yang meledak. Ranjau itu bisa saja
berupa tingkat pertumbuhan pasar yang melampaunya hingga kita tertinggal dari
kompetitor. Bisa pula berupa tingkat kesejahteraan pegawai yang dari waktu ke
waktu akan selalu naik.
Keadaan
atau kondisi yang terlampau ‘nyaman’ juga membuat hadirnya kemalasan lebih
besar. Atau tuntutan pelanggan yang bukan saja minta fitur atas pemenuhan
fungsi yang lebih baik, namun juga hadir lebih cepat. Dan
hal-hal lain yang berpotensi muncul dari pemilihan strategi yang terlalu
‘berhati-hati’ ini.
Untuk yang sebaliknya, serentak berlari berhamburan
menyerbu musuh tentu akan menimbulkan keterkejutan tersendiri, namun dengan
kemungkinan jatuhnya korban yang masif hingga kekalahan yang ‘konyol’/sia-sia.
Memilih dan atau penggabungan strategi berdasarkan
konteks (keadaan dan situasi) tentu adalah yang terbaik yang bisa diusahakan.
Perang provokasi (menaklukan lawan tanpa berperang) termasuk mengobarkan perang
dari dalam benteng lawan dalam bentuk pemberontakan internal, telik sandi,
pemetaan, penyaluran pasukan yang tepat, pemilihan waktu penyerangan yang
brilian, penggunaan senjata yang optimal dan seterusnya adalah aneka kombinasi
yang mungkin.
Diluar dari itu semua, mengenali bahwa mereka memang
musuh yang ‘layak’ ditaklukan jauh lebih penting. Adakalanya, mereka hanya
butuh diabaikan begitu saja, karena bukan mereka yang mengambil kesuksesan
kita. Bahkan jauh dari itu, definisi kita akan sukses yang hendak kita
raih haruslah cukup jelas untuk dijadikan ’sasaran tembak’.
Fakta, beberapa pertempuran seringkali tak seharusnya
kita lakukan karena memang tak perlu dilakukan. Dan hal ini hanya bisa kita
ketahui jika ’sasaran tembak’ cukup jelas bagi semua yang terlibat dalam
barisan ‘pasukan’ kita. Agar
tak terjadi dis-orientasi di setiap tahapan bisnis yang terjalani.
No comments:
Post a Comment